Rabu, 14 Maret 2018

PENGUJIAN KOMPOS

Hai teman-teman kali ini aku bakal ngasih tau cara menanam tanaman dari kompos yang aku buat untuk membuktikan keberhasilan kompos.

PENGUJIAN KOMPOS

Alat dan bahan:
  • 2 Buah pot.
  • Sarung tangan.
  • Semprotan.
  • Kompos.
  • Tanah.
  • Air.
  • Bibit kecambah (biji kacang hijau).
Cara menanam:
  1. Siapkan 2 buah pot.
  2. Masukkan kompos ke dalam pot pertama dan masukkan tanah pada pot kedua.
  3. Lubangi tengah-tengah tanah/kompos.
  4. Masukkan bibit kecambah (biji kacang hijau) ke dalam lubang.
  5. Tutup lubang pot pertama dengan kompos dan tutup lubang kedua menggunakan tanah.
  6. Siram tanah atau kompos (lakukan setiap hari).
Proses pengujian yang dilakukan adalah mengamati dan membandingkan tinggi tanaman kecambah yang ditanam di tanah dan kompos.

________________________________________________________________

Itu dia cara menanam yang aku lakukan untuk mengetahui keberhasilan kompos. Semoga bermanfaat.




Minggu, 11 Februari 2018

Kompos yang aku buat

Hai teman-teman... Masih inget ga? Aku bakal ngeposting foto kompos yang aku dan kelompokku buat sendiri. Kalo kalian lupa atau belum tau baca dulu ya blog aku yang Membuat kompos.

_____________________________________________________________________________




Itu adaah gambar kompos yang aku dan kelompokku buat. 

_____________________________________________________________________________


temen-temen udah dulu ya pstingan hati ini. Dan jangan lupa baca semua postingan aku ya... Dadah...

Rabu, 07 Februari 2018

Peribahasa

Hai teman-teman... 
Kali ini aku akan memberi peribahasa
________________________________________________________________


PERIBAHASA

1. Ada gula ada semut.
    Artinya: Di mana ada keramaian pasti banyak orang datang.

2. Bagai keledai jatuh pada lubang yang sama.
    Artinya: Mengulangi kesalahan yang sama.

3. Air susu dibalas air tuba.
    Artinya: Kebaikan dibalas dengan kejahatan.

4. Bagai air di daun talas.
    Artinya: Tidak punya pendirian.

5. Besar pasak daripada tiang.
    Artinya: Lebih besar pengeluaran daripada pemasukkan.

________________________________________________________________

Itulah contoh-contoh peribahasa.
Sekian peribahasa dari aku semoga bermanfaat... Terimakasih...

Rabu, 31 Januari 2018

Membuat Kompos

Hai semuanya... Kali ini aku bakalan ngasih tau kalian tentang cara membuat kompos.

  Aku dan kelompokku membuat kompos pada hari Jum'at, 26 Januari 2018. Pembuatan kompos ini dilakukan untuk mendapat nilai ujian praktek mata pelajaran IPA dan PLH. Selain untuk mendapat nilai aku dan kelompokku akan membuktikan apakah kompos buatan kelompokku berhasil atau tidak.

Kel. 3 putri:

  • Ashila Rahadatu A.B.
  • Khansa Fauziah H.
  • Nadine Dahayu A.
  • Naura Auliya A.
  • Raisa Salma M.
Alat dan bahan:
  • Bakteri 
  • Sampah organik 1 kg
  • Gula 1,25 g
  • Air 1,25 ml
  • Dedak 50 g
  • Wadah
  • Gunting
Cara membuat:
  1. Cacah sampah organik sambil di beri air dan dimasukkan ke wadah/ember.
  2. Campurkan dedak dengan sampah organik.
  3. Larutkan gula dengan air.
  4. Campur bakteri dengan larutan gula.
  5. Masukkan larutan gula dan bakteri ke dalam wadah yang berisi sampah dan dedak.
  6. Aduk hingga merata.
  7. Ratakan dan simpan di tempat teduh.
Prosesnya terjadi selama 3-4 hari.

Hasil gambar untuk kompos


Ini adalah gambar kompos yang aku ambil dari web, untuk kompos yang aku buat akan aku posting minggu depan.

Itulah cara membuat kompos. Dan jangan lupa lihat blog ku yang lainnya ya...

Rabu, 24 Januari 2018

Dongeng Situ Bagendit - Cerita Rakyat Situ Bagendit dari Jawa Barat

Halo teman-teman!!! Kali ini aku bakalan cerita tentang dongeng Situ Bagendit.

Dongeng Situ Bagendit - Cerita Rakyat Situ Bagendit dari Jawa Barat


Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai Endit.Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya. “Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?”“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!” sahut temannya. “Kita mah harus sabar! Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada orang lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”Sementara iru Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya.“Barja!” kata nyai Endit. “Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?” kata nyai Endit.“Beres Nyi!” jawab centeng bernama Barja. “Boleh diperiksa lumbungnya Nyi! Lumbungnya sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat lagi.”“Ha ha ha ha…! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku. Aku akan semakin kaya!!! Bagus! Awasi terus para petani itu, jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain. Beri pelajaran bagi siapa saja yang membangkang!” kata Nyai Endit.Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya.“Aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya sekarang lima kali lipat disbanding saat kita jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.”Begitulah gerutuan para penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit.Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri,” pikir si nenek.Dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi.“Nyi! Saya numpang tanya,” kata si nenek.“Ya nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut“Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek“Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?” kata Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah yang sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?”“Saya mau minta sedekah,” kata si nenek.“Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih. Kalau nenek lapar, nenek bisa makan di rumah saya, tapi seadanya,” kata Nyi Asih.“Tidak perlu,” jawab si nenek. “Aku Cuma mau tahu reaksinya kalau ada pengemis yang minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.”“Nenek bercanda ya?” kata Nyi Asih kaget. “Mana mungkin ada banjir di musim kemarau.”“Aku tidak bercanda,” kata si nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada Nyi Endit. Maka dari itu segera mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata si nenek.Setelah itu si nenek pergi meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para centeng.“Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor terinjak kakimu!” bentak centeng.“Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek.“Apa peduliku,” bentak centeng. “Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya beli jangan minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret!”Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiiit…!” teriak si nenek.Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Ganggu orang makan saja!”“Hei…! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak Nyai Endit.“Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan,” kata nenek.“Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti banyak lalat nyium baumu,” kata Nyai Endit.Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan.“Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”“Ha ha ha … Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat centeng-centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai Endit.“Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.”“Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata Nyai Endit sombong.Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga.“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak tercabut. Gaji kalian aku potong!”Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh tiga orang, tongkat itu tetap tak bergeming.“Ha ha ha… kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku akan mencabut tongkat ini.”Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.“Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya ‘Situ Bagendit’. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.


Pesan moral dari cerita di atas adalah jika kita serakah kita akan celaka, maka janganlah serakah agar jika sedang kesulitan Tuhan akan membatumu.


Itulah cerita tentang Situ Bagendit. Dan jangan lupa lihat blog aku yang lainnya ya...

Rabu, 10 Januari 2018

Liburan ke Rumah Nenek

  Assalamu'alaikum teman-teman!!!

 Kali ini aku bakalan bercerita tentang liburanku pada saat libur semester 1.

  Pada hari Jum'at, 22 Desember 2017 Aku dan keluargaku pergi ke Jakarta. Di sana Aku tinggal di apartemen. Di Jakarta aku jalan-jalan ke mall, merayakan tahun baru, dan merayakan ulang tahun Ayah dan Adikku. Di sana juga Aku dan keluargaku pergi ke rumah Tanteku.

  Pada hari ke 9 Aku dan keluargaku pergi ke rumah Nenek yang berada di Pare, Kediri.
Di sana Aku menginap sekitar 5-7 hari. pada hari ke 7 Aku dan semua keluarga Nenekku pergi ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan saudaraku. Di Surabaya Aku dan semua keluarga Nenekku tinggal di apartemen. Sebelum keesokan harinya Aku menghadiri pernikahan saudaraku, Aku dan saudaraku bermain bola basket di lapangan apartemen dan berenang.

  Keesokan harinya  Aku dan semua keluarga Nenekku pergi ke pernikahan saudaraku. Setelah dari pernikahan Aku dan yang lainnya pulang ke apartemen. Dari apartemen Aku, keluargaku, dan Nenekku pulang ke Pare, Kediri. Keesokan harinya Aku langsung pulang ke Bandung.

  Itulah cerita tentang liburanku... Semoga bermanfaat...

PENGUJIAN KOMPOS

Hai teman-teman kali ini aku bakal ngasih tau cara menanam tanaman dari kompos yang aku buat untuk membuktikan keberhasilan kompos. PEN...